Ombudsman : RSUD MHAT Kerinci Dalam Kondisi Memprihatinkan
Suarakerinci.com, KERINCI- Rentetan permasalahan benang jahiran dan permasalahan pelayanan di RSUD MHAT Kerinci, membuat Ombudsman Provinsi Jambi turun ke Kerinci.
Usai berkoordinasi dengan pihak RSUD MHAT Kerinci, Ombudsman Provinsi Jambi menyebutkan bahwa RSUD MHAT Kerinci dalam kondisi memprihatinkan.
"Kita menerima informasi dari masyarakat, kita turun ke RSUD MHAT Kerinci untuk mengklarisifikasi permasalahan tersebut, kondisi saat ini RSUD MHAT Kerinci dalam kondisi darurat,"ungkap Kepala Ombudsman Jambi, Jafar Ahmad.
Dijelaskannya, berdasarkan hasil koordinasi dengan pihak RSUD MHAT Kerinci, saat ini ketersediaan obat di RSUD MHAT Kerinci hanya 30 persen. Kondisi ini sangat riskan, alhasil mengakibatkan para pasien harus beli obat diluar, bahkan berujung pada perujukan pasien.
"70 persen obat harus dibeli diluar, ini sangat tidak baik. Bahkandari April hingga Agustus ini banyak pasien yang dirujuk keluar daerah,"terangnya.
Kondisi ini, lanjutnya berdasarkan penjelasan RSUD MHAT Kerinci juga tidak terlepas dari berhentinya BPJS membayar klaim, terakhir klaim BPJS sudah mencapai Rp 7 Milyar
"Hingga saat ini tidak ada solusi, atas dasar ini ombudsman akan memanggil, dinkes, RSUD, Pemda, DPRD, BPJS Bungo dipanggil untuk mengatasi permasalahan ini,"sebutnya.
Atas kondisi ini, ditambahkannya kondisi darurat ini harus jadi perhatian Pemkab dan DPRD Kerinci dengan mengantisipasi permasalahan anggaran untuk pengobatan.
"Pemkab Kerinci maupun Pemkot Sungai Penuh harus turun tangan, paling tidak memberikan dana Rp 5 milyar pinjaman tanpa bunga,"katanya.(per)
Usai berkoordinasi dengan pihak RSUD MHAT Kerinci, Ombudsman Provinsi Jambi menyebutkan bahwa RSUD MHAT Kerinci dalam kondisi memprihatinkan.
"Kita menerima informasi dari masyarakat, kita turun ke RSUD MHAT Kerinci untuk mengklarisifikasi permasalahan tersebut, kondisi saat ini RSUD MHAT Kerinci dalam kondisi darurat,"ungkap Kepala Ombudsman Jambi, Jafar Ahmad.
Dijelaskannya, berdasarkan hasil koordinasi dengan pihak RSUD MHAT Kerinci, saat ini ketersediaan obat di RSUD MHAT Kerinci hanya 30 persen. Kondisi ini sangat riskan, alhasil mengakibatkan para pasien harus beli obat diluar, bahkan berujung pada perujukan pasien.
"70 persen obat harus dibeli diluar, ini sangat tidak baik. Bahkandari April hingga Agustus ini banyak pasien yang dirujuk keluar daerah,"terangnya.
Kondisi ini, lanjutnya berdasarkan penjelasan RSUD MHAT Kerinci juga tidak terlepas dari berhentinya BPJS membayar klaim, terakhir klaim BPJS sudah mencapai Rp 7 Milyar
"Hingga saat ini tidak ada solusi, atas dasar ini ombudsman akan memanggil, dinkes, RSUD, Pemda, DPRD, BPJS Bungo dipanggil untuk mengatasi permasalahan ini,"sebutnya.
Atas kondisi ini, ditambahkannya kondisi darurat ini harus jadi perhatian Pemkab dan DPRD Kerinci dengan mengantisipasi permasalahan anggaran untuk pengobatan.
"Pemkab Kerinci maupun Pemkot Sungai Penuh harus turun tangan, paling tidak memberikan dana Rp 5 milyar pinjaman tanpa bunga,"katanya.(per)