Teriak Tolak 'Politik Dinasty', Warga : Pak Ahmadi Pimpin STKIP Sampai 20 Tahun Apa Namanya ya..?
Suarakerinci.com, SUNGAIPENUH- Hingga saat ini Paslon Walikota dan Wakil Walikota Sungai Penuh, Ahmadi Zubir dan Alvia Santoni bersama dengan simpatisannya terus menggemburkan perubahan bagi sungai Penuh dan tolak politik dinasti.
Bahkan, Paslon Walikota dan Wakil Walikota Fikar-Yos selalu menjadi bahan akan penolakan politik dinasty yang pengertiannya kekuasaan secara turun menurun, padahal pada dasarnya tidak selalu perpindahan kekuasaan turun ke ahli waris membawa dampak buruk, seperti layaknya Yogyakarta yang kekuasaannya turun-temurun tapi daerahnya tetap maju dan adem.
Ironisnya, Isu yang dikembangkan dan menyudutkan Fikar-Yos tersebut justru membuka topeng kekuasaan besar dibalik paslon Walikota Sungai Penuh Ahmadi Zubir yang telah 20 tahun menjabat Ketua STKIP.
Fakta ini terungkap pada saat Pengakuan Ahmadi Zubir bahwa dirinya telah menjabat sebagai ketua STIKIP Muhammadiyah Sungaipenuh sudah 20 tahun pada saat menyampaikan orasi politiknya di Sungai Penuh.
Ini merupakan hal yang tidak lumrah terjadi, mengingat hampir semua Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta masa jabatan Rektor atau Ketua Perguruan Tinggi selama dua periode. Namun, berbeda dengan Ahmadi Zubir, sejak lahirnya STKIP Muhammadiyah Sungaipenuh dari 1989 hingga 2020 posisinya tidak tergantikan.
"Saya Ketua STKIP selama 20 tahun juga kepala dinas," kata Ahmadi Zubir saat kampanye di Pasar Sungaipenuh.
Pernyataan tersebut tentunya membuat sejumlah warga masyarakat dan juga alumni perguruan tinggi negeri dan swasta keheranan dan salud dengan Ahmadi Zubir bisa mempertahankan jabatan sebagai ketua STIKIP Muhammadiyah selama 20 tahun.
"Salut kita dengan beliau ini. Disatu sisi timnya mengatakan politik Dinasti. Padahal, politik Dinasti itu adalah kekuasaan dilimpahkan langsung kepada pewarisnya"ungkap salah seorang warga Sungai Penuh
"Inikan Pilkada, pemilihannya dilakukan oleh rakyat dan rakyat yang memilihnya. Ya.., 5 periode jadi ketua STIKIP Muhammadiyah bagaimana bisa? Itulah manusia, kalau sudah naik tidak mau turun - turun," sindirnya.
Sementara itu, tokoh muda Sungai Penuh, Fesdiamon menyebutkan tidak hanya memtahankan jabatan saja, dirinya juga mempertanyakan proses pengangkatan Ahmadi Zubir menjadi ketua STIKIP Muhammadiyah. Apakah sudah sesuai dengan prosedur dan apakah STIKIP Muhammadiyah memiliki Statuta.
"Pendukung Ahmadi selalu menggaungkan anti politik Dinasti. Disisi lain calon mereka memimpin kampus saja tidak mau turun - turun. Menjabat sebagai ketua STIKIP Muhammadiyah selama 20 tahun ini kan aneh. STIKIP lain cuma dua periode, kita sudah 5 periode, bisa bisa seumur hidup," ujarnya
"Pola kepemimpinan seperti ini yang dikatakan dinasti. Sudah naik tidak mau turun - turun," katanya
"Berbeda dengan Fikar Azami. Ini tidak bisa dikatakan Dinasti, karena pemilihannya dari rakyat sendiri. Ini kita luruskan, Fikar Azami terpilih menjadi walikota nantinya itu adalah pemilihan oleh rakyat bukan dinasti," terangnya
"Sekarang kita bisa membandingkan ? Fikar Azami adalah anak walikota yang menjadi calon walikota berseteru dengan Ahmadi Zubir untuk merebut simpati rakyat. Siapa sebenarnya yang menganut prinsip mempertahankan kekuasaan. Fikar Azami atau Ahmadi Zubir yang sudah 20 tahun menjadi ketua PTS tidak tergantikan?," tegasnya.(per)