Pembelajaran di Era Digital: Apakah Guru Masih Pantas Dijadikan Idola?
Ahmad Nusi
Mahasiswa S3 IKB FBS-UNP
Di tengah laju evolusi era digital, muncul perdebatan bahwa teknologi dan platform pembelajaran daring telah memasuki arena perang antara guru dengan teknologi kecerdasan buatan. Banyak yang sudah beralih ke jalur pembelajaran mandiri, menempuh pendekatan tanpa keterlibatan guru. Namun, pertanyaannya, apakah klaim ini benar-benar mengancam eksistensi peran guru di tengah perubahan mendalam di era digital?
Siapa guru favorit dan menyenangkan di era digital?
Arsitek pembelajaran seumur hidup
Seorang guru favorit dapat diibaratkan sebagai arsitek pembelajaran sepanjang hidup karena mereka tidak hanya menyampaikan fakta atau materi pelajaran, tetapi lebih jauh lagi, mereka membentuk pengalaman belajar yang memiliki dampak jangka panjang. Dalam perumpamaan arsitek, guru membangun fondasi pengetahuan seperti fondasi bangunan yang kokoh, dan mereka merancang struktur pembelajaran yang mendorong keinginan untuk terus belajar. Pertama-tama, seorang arsitek pembelajaran menciptakan fondasi pengetahuan yang solid. Mereka mengajarkan konsep dasar dengan mendalam, memastikan bahwa siswa memiliki pemahaman yang kuat tentang dasar-dasar subjek yang diajarkan. Hal ini seperti arsitek yang membangun dasar yang kokoh agar bangunan dapat berdiri dengan stabil, guru menciptakan dasar pengetahuan yang memberikan landasan yang kuat bagi pemahaman lebih lanjut. Disamping itu, guru sebagai arsitek merancang struktur pembelajaran yang melibatkan siswa secara holistik. Mereka tidak hanya mengejar transfer informasi, tetapi juga membangun struktur keinginan untuk belajar sepanjang hidup. Dengan menggunakan metode kreatif dan teknologi, guru sebagai arsitek menciptakan ruang pembelajaran yang menarik dan relevan bagi siswa. Mereka dapat mengintegrasikan permainan edukatif, proyek berbasis teknologi, atau metode pengajaran inovatif lainnya yang menciptakan pengalaman pembelajaran yang menarik.
A great teacher is not a teacher: Seorang guru yang hebat tidak hanya menjadi seorang guru
Seorang guru favorit dan menyenangkan di era digital tidak hanya melihat dirinya sebagai sumur pengetahuan yang sudah penuh, melainkan sebagai individu yang selalu lapar untuk terus belajar. Seorang guru digaji bukan hanya sebagai penghargaan atas penguasaan konsep-konsep ilmu, melainkan sebagai pengakuan bahwa mereka dipercaya sebagai pengajar yang memahami dengan mendalam setiap siswa mereka. Pemahaman bahwa pembelajaran adalah perjalanan tanpa akhir menciptakan landasan bagi guru favorit di era digital untuk menjelajahi dan mendalami materi bersama siswa. Dengan pendekatan ini, guru bukan hanya menjadi pemimpin kelas, tetapi juga mitra dalam perjalanan ilmiah dan intelektual.
Di era digital, peran seorang guru dapat diibaratkan sebagai navigator yang membawa siswa dalam perjalanan penemuan ilmu. Guru tidak hanya berdiri sebagai penyampai informasi, tetapi lebih seperti seorang pemandu yang berjalan bersama siswa membuka pintu menuju dunia pengetahuan yang tak terbatas.
Apakah guru masih layak menjadi idola di era digital?
“Guruku tersayang
Guruku tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terima kasihku..”
Lirik lagu “Guruku Tersayang” merupakan salah satu lagu ciptaan Melly Goeslaw yang dipersembahkan untuk semua guru yang telah mendidik dan tidak lelah mengajar para siswanya. Apakah guru di era digital masih menjadi guru tersayang? Apakah guru masih mendapatkan tempat terbaik dihati siswanya?
Klaim bahwa era digital memiliki potensi untuk menggantikan peran guru tidak akan mengancam eksistensi guru. Mengapa? Karena peran guru tidak terbatas pada fungsi sederhana sebagai penyampai informasi. Lebih dari itu, guru merupakan arsitek pembelajaran, individu yang cerdas dan kreatif yang membangun fondasi pengetahuan dan merancang struktur pembelajaran melebihi batas kelas. Mereka adalah arsitek dan pembelajar sejati yang memimpin siswa melalui perjalanan ilmiah dan intelektual. Di era di mana teknologi berkembang pesat, guru tidak hanya mengikuti perkembangan tersebut tetapi juga membuka pintu inovasi dalam kelas. Peran guru sebagai inspirator kreativitas melibatkan penggunaan teknologi sebagai alat untuk merangsang imajinasi dan kreativitas siswa. Jadi, di era digital ini, guru tetap menjadi idola yang menyenangkan yang tak tergantikan dalam membentuk generasi yang holistik, kreatif, dan berpikiran kritis.